Selasa, 17 Juni 2008

Sulitnya Meng"hidupi" Sebuah Karya

Tidak pernah terbayangkan dalam benak saya....bahwa saya akan meng'hidup'i sebuah karya...
Berawal hanya dari rasa 'penasaran' ingin tau bagaimana kehidupan sebuah karya......disebuah perkampungan miskin di ujung kota ini, saya 'terikat' menjadi 'satu' dengan penghidupan karya ini.
Karya yang saya mulai dengan hanya rasa senang untuk bekerja dan berbagi kepada mereka yang membutuhkan. ....hanya sebagai 'pekerja' .... mengajar anak2 les SD, membantu menggerus obat di klinik murah, membagi2kan sembako sumbangan para saudara donatur..... tanpa rasa 'beban' dan 'tanggung jawab'...... hanya senang melihat anak2 tertawa2, senang berbincang2 dengan nenek2 dan mendengarkan keluh kesah mereka...... ..masalah2 memang ada....tetapi semua mudah....saya hanya tinggal bilang pada Bapak pimpinan.... "Pak, anak2 kehabisan buku tulis", "Pak, keluarga ini tidak punya beras" dll.....dan tidak berapa lama...Bapak pimpinan akan bilang...."Silahkan diberikan apa yang mereka butuhkan, barang2 tersebut ada di gudang"....: ).
Namun, masa2 'senang' itu tidaklah berlangsung lama.....
Sekitar 6 bulan yang lalu....Bapak pimpinan yang baik dan murah hati ini 'pergi'..... .kehidupan karyapun mulai terasa 'berat'..... .kerap kali diri ini ingin pergi meninggalkan karya ini karena tidak mampu 'melihat', 'mengalami', 'mendengar' kesulitan masyarakat miskin karya ini....yang tidak lagi terlayani... ..
Namun kerap kali pula, hati ini tidak tega untuk pergi......terbayan g2 dalam benak saya, anak2 yang akan putus sekolah, keluarga2 yang tidak makan...dan kalaupun makan...kerap kali hanyalah nasi dan satu potong tahu, orang2 tua yang sakit ntah karena stroke, osteoporosis dan lain2 yang hanya tergeletak di gubuk kotor tanpa pernah bisa berobat (bahkan klinik 5000 kami pun yang sudah termasuk dokter dan obat2annya pun tidak mampu mereka bayar).....anak2 kecil yang tidak pernah merasakan susu, selain susu asi 'gratis' dari ibu mereka waktu bayi....dll. ..belum lagi masalah2 ketidakadilan lain yang melilit kehidupan mereka....yang seolah2 tanpa jalan keluar....seperti : pinjaman uang dari para tengkulak, dengan bunga 30% per bulan, air bersih yang harus mereka beli 2.500/jerigennya. ...dan bahkan ditengah2 perkampungan itu, ntah ada berapa banyak keluarga yang masih memasak dengan kayu bakar.....karena ntah gas ataupun minyak tanak adalah barang yang tidak terbeli bagi mereka....bahkan untuk memasang lampu sebesar 20watt pun mereka tidak mau karena takut biaya listrik yang harus mereka bayar per bulannya membengkak.. ....bagaimana hati ini tega pergi begitu saja?.
Memang saya akui, saat ini saya 'terjerat' pada persoalan mereka......
Saat membantu biaya SPP sekolah....dengan lilitan kemiskinan.. ..apakah kita tidak akan mengusahakan saat mereka harus membeli buku pelajaran per semester? harus membayar uang pangkal saat masuk SD, SMP, SMA?....apakah kita akan diam saja disaat mereka sekolah tanpa pernah sarapan? karena tidak ada makanan dirumah..... apakah kita akan membiarkan saja saat kita melihat mereka berjalan kaki untuk jarak yang jauh untuk pergi dan pulang sekolah karena untuk naik angkutan 2000/hari mereka tidak mampu?.....
Memang banyak orang berkata "sudahlah... .nggak usah terlalu dipikirin... .emang sih kasian....tapi kamu bisa apa? masak kamu harus mencukupi semua kebutuhan mereka? itu kan bukan tanggung jawab kamu...." .
Lalu itu tanggung jawab siapa???
Saya akui saya bukanlah orang hebat, orang kaya yang bisa mencukupi semua kebutuhan orang2 ini.......tapi apakah saya salah jika saya tidak tega dan tidak ingin membiarkan itu semua terjadi begitu saja tanpa 'perjuangan' .....mungkin .... mereka tidak akan cukup dengan apa yang saya lakukan..... tetapi paling tidak....saya memberi mereka sedikit pengharapan. ....untuk bersama2 berusaha menggapai sesuatu yang lebih baik....yang sakit mungkin akan tetap sakit.....yang mati mungkin akan tetap mati....yang miskin mungkin akan tetap miskin.....tetapi bukankah ada suatu kebahagiaan yang luar biasa jika dari antara mereka semua yang sakit ... ada 1 yang bisa disembuhkan. ...ada 1 yang berumur lebih panjang....ada 1 yang cukup sukses dan bisa menghasilkan. ...mungkin dari 100 hanya ada 1 yang seperti itu....atau bahkan dari 1000 hanya ada 1 yang seperti itu....tetapi bukankah itulah arti sebuah pengharapan? ?.
Saat ini saya memang dihadapkan bukan lagi pada pilihan untuk pergi dan meninggalkan karya ini dengan segala lilitan kemiskinan dan persoalannya. ...tapi dihadapkan pada ketidakberdayaan karena merasa tidak mampu meng'hidup'i karya ini........orang2 tua dan anak2 yang membutuhkan susu setiap bulannya, anak2 yang membutuhkan buku2 dan alat2 tulis untuk tahun ajaran baru, anak2 yang membutuhkan biaya untuk uang pangkal sekolah....sembako dll.
Ntahlah..... hanya Allah yang tau kemana 'karya' ini akan dibawaNya... ...bagaimana 'mencukup'kannya. ....
Ini adalah milikNya.... dengan segala kekurangan, kelemahan dan ketidakberdayaan. ...saya serahkan semuanya ini kembali kepadaNya... ..hanya Dia 'Sang Pemilik Karya' yang mampu menyelamatkan dan mencukupkan semuanya ini. Amin.
Terima kasih atas kesediaan untuk mendengarkan 'sharing' cerita 'hati' ini....